Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2021

Beberapa Alasan BMKG Kepada Masyarakat Untuk Mewaspadai Gempa Swarm di Salatiga

Jakarta - Meskipun aktivitas gempa flock di Salatiga dan sekitarnya semakin menurun, tetapi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) meminta agar masyarakat tetap tenang, tetapi harus sigap mewaspadai aktivitas gempa swarm yang sudah sekitar empat hari terjadi itu. Hasil monitoring BMKG selama hari Senin 25 Oktober 2021 sampai tengah malam tadi pukul 24.00 WIB terjadi 3 kali gempa swarm di Banyubiru, Ambarawa dan sekitarnya. Aktivitas gempa flock terjadi pada pukul 05.05 WIB M2,5 kemudian pukul 14.43 WIB M2,7 dan pukul 21.29 WIB M2,6. Sehingga total aktivitas gempa flock yang terjadi pascagempa magnitudo 3,0 pada Sabtu 23 Oktober 2021 sudah mencapai 36 kali gempa bumi. Koordinator Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Dr Daryono MSi mengatakan, jika ditinjau dari magnitudonya, aktivitas gempa swarm Banyubiru, Ambarawa dan sekitarnya didominasi oleh aktivitas gempa kecil dengan magnitudo kurang dari 3,0 sebanyak 30 kali dengan magnitudo terkecil 2,1. Sedangkan gem

Penjelasan Mengapa Awan Berwarna Putih Dan Bisa Berubah Menjadi Hitam? Berikut Penjelasannya

Jakarta - Penampakan awan sering dianggap mirip dengan kapas karena terlihat lembut dan berwarna putih saat langit sedang cerah. Namun, terkadang awan berwarna gelap, seperti saat hujan akan turun. Jadi, apa penyebabnya awan berwarna putih? Dilansir dari Gizmodo, Jumat (15/10/2021), warna putih pada awan mungkin berasal dari kombinasi panjang cahaya gelombang. Cahaya datang dalam banyak panjang gelombang yang berbeda dan masing-masing memiliki warna yang sedikit berbeda pula. Dalam keadaan tertentu, panjang gelombang dapat dipisahkan, misalnya atmosfer Bumi yang cenderung menyebarkan cahaya berwarna biru, sedangkan panjang gelombang lainnya melewati garis lurus. Akibatnya, langit tampak berwarna biru karena terdiri dari cahaya yang menyebar dan tersebar. Lantas, kenapa kita melihat awan berwarna putih? Sinar matahari terlihat bewarna lebih keemasan, disebabkan oleh panjang gelombang cahaya biru yang telah disaring dan disebut juga dengan hamburan Rayleigh. Sebenarnya, ke

Para Ahli Menemukan Hujan Meteor Sibungsu Arid, Apakah Meteor Arid? Bagaimana Cara Untuk Melihatnya?

Jakarta - Mulai malam ini hingga 10 hari ke depan, jangan lewatkan kesempatan untuk menyaksikan atau mengamati fenomena puncak hujan meteor terbungsu bernama Arid, di awal bulan Oktober 2021.Hujan meteor Arid adalah hujan meteor yang mulai menyembur sejak sepekan silam dan saat itu para astronom memperdiksi puncak aktivitasnya akan terjadi beberapa hari ke depan. Namun, peneliti di Pusat Riset Sains Antariksa BRIN, Andi Pangerang mengatakan, ternyataa hujan meteor Arid ini akan mengalami periode puncaknya hari ini. Berikut beberapa fakta menarik mengenai hujan meteor Arid yang perlu Anda ketahui. 1. Penemuan hujan meteor Arid Hujan meteor ini, mula-mula terdeteksi melalui kamera pemantau meteor camera (Camera for Allsky Meteor Security) di Selandia Baru berturut-turut pada tanggal 28 dan 29 September 2021. Radar meteor SAAMERS-OS (Southern Argetina Agile Meteor Radar Orbital System) di Pulau Tanah Api (Tierra del Fuego), Argentina Selatan mendeteksi hujan meteor ini se

Mengetahui Bagaimana Bentuk Bintang di Malam Hari? Berikut Selengkapnya

Jakarta - Bintang merupakan benda langit yang berkelip-kelip di malam hari. Secara umum, bentuk bintang banyak digambarkan dengan bentuk segilima runcing. Namun, sebenarnya seperti apa bentuk bintang? Dilansir dari ABC, Jumat (1/10/2021), bintang pada kenyataannya tidak berbentuk runcing atau memiliki 4 sampai 5 titik, seperti gambar bintang yang umum kita lihat. Kita menginterpretasikan bintang dengan bentuk runcing karena lensa dalam bola mata memiliki ketidaksempurnaan yang disebut garis jahitan. Pada anatominya, lensa melakukan sepertiga pembelokan cahaya yang masuk ke mata agar sampai dengan tepat di retina - dua pertiga sisa cahaya lain telah dibelokan oleh kornea. Lensa terlihat seperti bola pipis asimetris berdiameter sekitar 10 mm dan panjang dari depan ke belakang sekitar 4 mm. Bagian terluas lensa disebut dengan ekuator. Bagian mata ini yang kemudian akan menangkap bentuk pantulan cahaya bintang, hingga mengintrepretasikan bentuk bintang sebagai segilima runci