Beberapa Alasan BMKG Kepada Masyarakat Untuk Mewaspadai Gempa Swarm di Salatiga

Jakarta - Meskipun aktivitas gempa flock di Salatiga dan sekitarnya semakin menurun, tetapi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) meminta agar masyarakat tetap tenang, tetapi harus sigap mewaspadai aktivitas gempa swarm yang sudah sekitar empat hari terjadi itu.

Hasil monitoring BMKG selama hari Senin 25 Oktober 2021 sampai tengah malam tadi pukul 24.00 WIB terjadi 3 kali gempa swarm di Banyubiru, Ambarawa dan sekitarnya. Aktivitas gempa flock terjadi pada pukul 05.05 WIB M2,5 kemudian pukul 14.43 WIB M2,7 dan pukul 21.29 WIB M2,6. Sehingga total aktivitas gempa flock yang terjadi pascagempa magnitudo 3,0 pada Sabtu 23 Oktober 2021 sudah mencapai 36 kali gempa bumi.

Koordinator Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Dr Daryono MSi mengatakan, jika ditinjau dari magnitudonya, aktivitas gempa swarm Banyubiru, Ambarawa dan sekitarnya didominasi oleh aktivitas gempa kecil dengan magnitudo kurang dari 3,0 sebanyak 30 kali dengan magnitudo terkecil 2,1.

Sedangkan gempa dengan magnitudo di atas 3,0 terjadi sebanyak 6 kali dengan magnitudo terbesar 3,5.
Frekuensi aktivitas gempa swarm Salatiga yang terjadi memang mengalami penurunan aktivitas dari hari pertama yakni 24 kali, hari ke-2 sebanyak 9 kali, hari ke-3 sekitar 3 kali dan hingga hari ini Selasa siang 26 Oktober 2021 belum terjadi gempa.

Aktivitas sudah menurun, mengapa masyarakat masih harus tetap waspada? Dalam persoalan ini, Daryono menegaskan, perlu diingat bahwa gempa throng bisa terjadi dalam beberapa hari, beberapa minggu bahkan bulan.

Sehingga, seharusnya kewaspadaan masyarakat di daerah rentan dan area sekitar gempa-gempa swarm yang terjadi sebelumnya tidak boleh diabaikan. Berikut beberapa alasan masyarakat masih harus mewaspadai aktivitas gempa swarm ini.

Gempa swarm bersifat kambuhan

"Tentu ini patut kita syukuri semoga ini menjadi petunjuk bahwa aktivitas gempa swarm (Salatiga) akan segera berakhir. Namun yang patut diwaspadai adalah perilaku flock yang bersifat kambuhan,"kata Daryono kepada wartawan, Selasa (26/10/2021).

Ia menambahkan, meskipun aktivitas swarm sudah luruh secara signifikan, terkadang masih bisa muncul lagi dan meningkat lagi seperti pada kasus aktivitas gempa flock di Jailolo Halmahera Barat Provinsi Maluku Utara dan Throng Mamasa Sulawesi Barat.

Gempa dangkal dan tanah lunak

Selain kedalaman hiposenter gempanya yang sangat dangkal, efek tanah lunak setempat (local site result) di zona swarm Banyubiru, Ambarawa Salatiga dan sekitarnya dapat menyebabkan terjadinya resonansi gelombang gempa sehingga makin membuat guncangan gempa kecil terasa lebih kuat oleh warga.

Struktur bangunan tahan gempa

Terkait beberapa bangunan rumah warga yang sudah mengalami kerusakan ringan, munculnya retakan dinding tembok akibat gempa throng di Ambarawa menunjukkan kualitas bangunan tembok yang kurang bagus.

Jika makin besar retakan maka untuk sementara sebaiknya tidak ditempati karena jika guncangan lebih besar terjadi dan berulang akan semakin meningkatkan kerusakan dan berisiko bagi keselamatan penghuninya.

Bangunan-bangunan rumah yang mengalami kerusakan ringan dampak gempa swarm saat ini maka harus dilakukan penguatan (retrofitting) mengingat di wilayah Banyubiru, Ambarawa, Salatiga dekat atau terdapat jalur sesar aktif.

Antara lain seperti Sesar Merapi Merbabu, Sesar Rawapening, Sesar Ungaran dan sesar existed yang belum teridentifikasi, yang ini semua dapat memicu gempa sesar aktif suatu saat nanti.

Risiko dampak gempa ikutan

Saat terjadi aktivitas swarm, agar mewaspadai lereng tebing, karena swarm yang terus terjadi dapat mengganggu kestabilan lereng hingga berpotensi meningkatkan risiko dampak ikutan pascagempa terutama lokasi lereng yang mudah longsor.

Dampak gempa throng bukan saja melemahkan struktur bangunan yang sudah lemah, tetapi juga dapat memicu terjadinya longsoran (landslide) dan runtuhan batu (rockfall) di wilayah perbukitan. Sehingga selama dalam masa aktivitas gempa swarm di Salatiga untuk sementara waktu diimbau tidak melakukan pendakian dan jika tidak sangat penting agar menghindari jalan bertebing terjal dan berbatu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fenomena Bulan Bercincin Hiasi Langit Malam di Depok, Apakah Ada Suatu Pertanda?

BMKG Beri Peringatan Dini Potensi Gelombang Tinggi Ekstrem di Sejumlah Wilayah Pesisir Indonesia

BMKG Beri Peringatan Dini Gelombang Tinggi Menjelang Gerhana Matahari Total